Body Dysmorphia, Gangguan Mental yang Tidak Kamu Sadari

Body Dysmorphia Disorder (BDD) atau gangguan dismorfik tubuh adalah salah satu gangguan kesehatan mental yang mengakibatkan penderita tidak dapat berhenti memikirkan satu atau lebih dari kekurangan atau cacat dari penampilannya. Orang yang mengalami dismorfik tubuh sering kali merasa cemas dan terlihat kerap berulang kali memeriksa cermin untuk melihat tubuhnya.

Padahal, kekurangan ini tampak kecil atau tidak terlihat, bahkan tidak menjadi perhatian besar bagi orang lain. Namun, penderita akan merasa sangat malu, gelisah, dan cemas sehingga menghindari banyak situasi sosial. Bisa dibilang, penderita merasa minder dengan tubuhnya sendiri. Untuk mengetahui lebih lengkap, kamu bisa menyimak penjelasan di bawah ini.

body dismorphia
Sumber: iStockPhoto

Faktor Penyebab BDD

Penyebab utama body dysmorphic disorder tidak diketahui dengan pasti. Meski begitu, kondisi ini diduga muncul akibat kombinasi dari beberapa faktor berikut ini :

  1. Genetik. Menurut penelitian, gangguan ini lebih banyak terjadi pada orang yang memiliki keluarga dengan riwayat penyakit serupa.
  2. Kelainan Struktur Otak. Kelainan pada struktur otak atau senyawa-senyawa di dalamnya diduga dapat menyebabkan  body dysmorphic disorder.
  3. Lingkungan. Penilaian negatif dari lingkungan terhadap citra diri penderita, pengalaman buruk atau trauma di masa lalu, dapat menyebabkan seseorang mengalami body dysmorphic disorder.

Faktor pemicu munculnya gangguan dismorfik tubuh, antara lain :

  1. Menderita gangguan mental lain seperti gangguan mental lain, seperti gangguan kecemasan atau depresi.
  2. Memiliki sifat tertentu, misalnya perfeksionis atau rasa rendah diri.
  3. Memiliki orang tua atau keluarga yang terlalu kritis terhadap penampilannya.

Faktor Risiko

body dismorphia
Sumber: iStockPhoto

Body dysmorphic disorder biasanya terjadi pada awal masa remaja dan memengaruhi semua jenis kelamin. Meski begitu, ada beberapa faktor tertentu yang dapat meningkatkan risiko mengembangkan kondisi kelainan mental ini, yaitu:

  1. Memiliki keluarga dengan kelainan yang sama atau obsesif-kompulsif (OCD).
  2. Pengalaman hidup yang negatif, seperti perundungan, penelantaran, atau pelecehan di masa kanak-kanak.
  3. Memiliki ciri kepribadian tertentu, seperti perfeksionisme.
  4. Tekanan sosial atau ekspektasi kecantikan.

Gejala Body Dysmorphia

Penderita body dysmorphic disorder memiliki pikiran negatif atau rasa cemas terhadap kekurangan dari satu atau beberapa anggota tubuh. Pikiran negatif itu dapat timbul karena penderita menganggap bentuk anggota tubuhnya tidak ideal. Anggota tubuh yang sering dicemaskan penderita antara lain :

  1. Wajah, misalnya karena bentuk hidung terlalu pesek
  2. Kulit, misalnya karena ada keriput, jerawat, atau luka
  3. Rambut, misalnya karena rambut menipis, rontok, atau mengalami kebotakan
  4. Payudara atau alat kelamin, misalnya karena ukuran penis terlalu kecil atau payudara terlalu besar
  5. Tungkai, misalnya karena ukuran paha yang besar
Baca juga:  Simak 9 Buah yang Dilarang Saat Program Hamil

Ada beberapa gejala atau perilaku yang bisa menjadi tanda bahwa seseorang menderita gangguan dismorfik tubuh, di antaranya :

  1. Bercermin berulang-ulang dalam waktu lama
  2. Menyembunyikan anggota tubuh yang dianggap tidak sempurna
  3. Meminta orang lain meyakinkan dirinya berulang kali bahwa kekurangan bentuk tubuhnya tidak terlalu jelas terlihat
  4. Berulang kali mengukur atau menyentuh area tubuh yang dianggap tidak sempurna
  5. Berolahraga terlalu sering dan dalam waktu yang lama
  6. Mengonsumsi suplemen gizi secara berlebihan
  7. Menyalahgunakan steroid 

Pengobatan

body dismorphia
Sumber: iStockPhoto

Penanganan terhadap body dysmorphia disorder dilakukan dengan kombinasi antara terapi perilaku, terapi perilaku kognitif dan pemberian obat-obatan, seperti dijelaskan di bawah ini :

1. Terapi Perilaku Kognitif

Terapi perilaku kognitif untuk gangguan dismorfik tubuh berfokus pada :

  1. Membantu pasien mempelajari bagaimana pikiran negatif, reaksi emosional, dan perilaku mempertahankan masalah dari waktu ke waktu.
  2. Menantang pikiran negatif otomatis tentang citra tubuh pasien dan mempelajari cara berpikir yang lebih fleksibel.
  3. Mempelajari cara-cara alternatif untuk menangani dorongan atau ritual untuk membantu mengurangi pemeriksaan cermin atau pencarian kepastian;
  4. Mengajari pasien perilaku lain untuk meningkatkan kesehatan mental, seperti mengatasi penghindaran sosial.

Pasien dan terapis dapat berbicara tentang tujuan pasien untuk terapi dan mengembangkan rencana perawatan yang dipersonalisasi untuk mempelajari dan memperkuat keterampilan mekanisme koping. Ini melibatkan anggota keluarga dalam pengobatan sangat penting, terutama bagi remaja.

2. Obat-Obatan

Meskipun tidak ada obat yang secara khusus disetujui oleh U.S. Food and Drug Administration (FDA) untuk mengobati gangguan dismorfik tubuh, tetapi  obat yang digunakan untuk mengobati kondisi kesehatan mental lainnya, seperti depresi dan gangguan obsesif-kompulsif bisa efektif. Berikut ini beberapa jenis obatnya:

  1. Inhibitor Reuptake Serotonin Selektif (SSRI). Oleh karena gangguan dismorfik tubuh diperkirakan sebagian disebabkan oleh masalah yang berkaitan dengan serotonin kimia otak, SSRI diresepkan. SSRI tampaknya lebih efektif untuk gangguan dismorfik tubuh, daripada antidepresan lain dan dapat membantu mengendalikan pikiran negatif dan perilaku berulang.
  2. Obat Lain. Dalam beberapa kasus, pasien mendapat manfaat dari minum obat lain selain SSRI, tergantung pada gejala yang terjadi.
Baca juga:  8 Obat untuk Penyakit ISPA yang Alami

Tips Mengembangkan Pemikiran Positif

Untuk mencegah gangguan kesehatan mental ini, kamu bisa mencoba cara-cara untuk mengembangkan pemikiran positif. Ketika mengembangkan mindset positif, maka kita akan dapatkan kekuatan yang sangat luar biasa. Kekuatan berpikir positif kita adalah dorongan moril yang kita perlukan untuk kesuksesan. Jika ingin sukses, tanamkan mindset  positif.

Berikut beberapa cara mengembangkan dan menjaga mindset positif pada diri kita:

1. Selalu Bersyukur

Jika mengalami kegagalan, jangan mengambil keputusan untuk menghukum diri sendiri atau menyalahkan Tuhan. Bersyukurlah dengan kegagalan dan jadikan kegagalan itu untuk menjemput kesuksesan. Dengan bersyukur kita akan terhindar dari putus asa dan bisa berpikir lebih positif lagi. Mindset positif akan mengubah kegagalan menjadi kesuksesan, dan setelah sukses tetaplah bersyukur untuk meraih kesuksesan yang lain.

2. Pikirkan Hari Ini dan Esok

Jika kita terus menerus berpikir hari kemarin, itu sama saja menunda keberhasilan kita sendiri. Kenapa kita berpikir yang kemarin padahal hari ini dan esok  bisa berkarya lebih baik lagi. Dengan memikirkan hari ini dan esok yang lebih baik lagi, mindset positif kitalah yang mendorong kesuksesan tersebut. Tinggalkan hari kemarin dan pikirkan hari ini kemudian esok, maka anda akan sukses.

3. Selalu Tersenyum

Senyum itu sangat murah tapi begitu berarti untuk mengembangkan mindset positif. Kala senyum dilakukan, pikiran juga terbuka untuk lebih baik lagi. Tersenyum ketika ada masalah dan ketika bangun pagi sangat baik untuk membangun pikiran positif seseorang.

4. Hilangkan Perasaan Takut

Jika kita terus takut untuk melangkah, kapan akan mencapai garis finish, garis kesuksesan yang kita inginkan? Hilangkanlah rasa takut pada diri sendiri dan mindset positif akan terbuka.

5. Mengakui Kesalahan

Jika kita mengakui kesalahan maka kita akan berpikir lebih positif untuk tidak mengulangi kesalahan tersebut. Tidak ada manusia yang luput dari kesalahan, namun cara kita menyikapilah yang terpenting.

6. Berpikir Bahwa Kitalah Pemenangnya

Jika ingin mengembangkan mindset positif, berpikirlah kita akan memenangkan kehidupan kita. Lakukan yang terbaik, pasti kita akan mendapatkan nilai lebih dari apa yang kita pikirkan.

Nah, itulah yang perlu kamu ketahui mengenai body dysmorphia disorder. Rasa malu tentang penampilan akan membuat seseorang tidak mencari pengobatan untuk gangguan kesehatan ini. Namun, jika kamu atau seseorang yang kamu kenal memiliki tanda atau gejala, temui profesional kesehatan mental. Selain itu, masalah ini biasanya tidak membaik dengan sendirinya. Jika tidak mendapat penanganan, kondisi ini dapat menjadi lebih buruk dari waktu ke waktu, menyebabkan kecemasan, depresi berat, bahkan pikiran dan perilaku untuk bunuh diri.