7 Ciri-Ciri Anxiety pada Remaja yang Perlu Diwaspadai
Masa remaja ialah sebuah fase transisi asal anak-anak menjadi dewasa. menjadi remaja tentunya akan aneka macam perubahan yang kita alami, baik pada perubahan fisik maupun perubahan pada hormonal atau mental. Perasaan cemas atau anxiety sebenarnya perasaan yang normal untuk dirasakan. Namun, beberapa remaja sering kali merasakan ciri-ciri anxiety yang berlebih karena terjadi perubahan yang signifikan pada dalam kehidupannya.
Sebagai remaja yang akan melewati berbagai hal baru dalam proses menjadi dewasa, mereka akan merasakan berbagai macam perasaan seperti suka serta bergairah karena akan menemukan hal-hal baru. Atau malah merasakan kecemasan yang menghasilkan hari-hari menjadi terasa kelabu. Untuk mengetahui ciri-ciri anxiety pada remaja, ada baiknya kamu cermati penjelasan di bawah ini.
Definisi Gangguan Kecemasan
Gangguan kecemasan atau biasa kita dengar dan kenal menggunakan sebutan anxiety disorder artinya gangguan yang mengakibatkan kecemasan berlebih menggunakan tanda-tanda lain yang menyertai. Anxiety disorder ini membuat penderitanya khawatir dalam bertindak dan merasakan malu yang ekstrem. Mereka juga takut dipandang bodoh, canggung, dan membosankan oleh orang lain.
Ciri-Ciri Anxiety pada Remaja
Gangguan kecemasan sosial diperkirakan terjadi sekitar 0.5% – 2.0% di seluruh dunia. Secara umum ditemukan lebih tinggi pada perempuan dibandingkan pria, dengan rasio 2:1. Gejala gangguan kecemasan sosial biasanya dimulai pada masa kanak-kanak atau remaja. Rata-rata kondisi ini dimulai antara usia 8 dan 15 tahun. Berikut ciri-ciri anxiety pada remaja:
- Takut untuk melakukan aktivitas sehari-hari, seperti memulai suatu percakapan, berbelanja, bekerja, bertemu orang asing, bersekolah, ataupun berbicara di telepon.
- Menghindari atau merasa khawatir secara berlebihan pada kegiatan sosial, seperti acara pertemuan keluarga, pesta, percakapan suatu kelompok hingga saat makan bersama orang asing.
- Takut untuk dievaluasi atau dikritik orang lain.
- Menghindar dan kerap merasa khawatir saat melakukan sesuatu yang menurut ia dapat memalukan, misalnya tampil di depan publik secara tidak kompeten, tersipu, dan berkeringat.
- Adanya gejala fisik seperti jantung berdebar sangat kencang, sesak nafas, hingga emosi yang tidak terkendali.
- Sering overthinking atau berpikir berlebihan, sehingga berspekulasi terhadap kondisi yang berakhir buruk atau negatif.
- Kekhawatiran terhadap hal-hal sepele, dan juga sulit berkonsentrasi.
Penyebab Gangguan Kecemasan
Pada remaja, umumnya gangguan kecemasan terjadi akibat adanya perubahan yang relatif ekstrem pada hidupnya. Tekanan dan ekspektasi yang tinggi dari keluarga maupun sosial sangat berpengaruh atas timbulnya rasa kecemasan yang berlebih ini. Orang tua menganggap sepele rasa kecemasan yang dirasakan oleh remaja serta membandingkan masa remaja yang dialaminya.
Padahal memasuki masa remaja pada era digital yang serba cepat adalah tantangan yang harus dilewati remaja. Tentunya akan lebih beragam lagi kecemasan yang dirasakan mereka. Gangguan kecemasan sosial dapat terjadi karena adanya perpaduan dari sejumlah faktor, antara lain:
1. Struktur Otak
Struktur otak yang disebut amigdala berperan dalam mengontrol respons terhadap rasa takut yang dimiliki. Jika amigdala pada otak bekerja terlalu aktif, respons terhadap rasa takut akan semakin meningkat. Hal tersebut yang dapat menyebabkan rasa cemas berlebih.
2. Genetik
Gangguan kecemasan memiliki kecenderungan untuk diturunkan di dalam keluarga. Jika ada anggota keluarga yang mengalami kondisi ini, berarti ada potensi untuk mengalami gangguan kecemasan juga. Meski begitu, masih belum dapat diketahui dengan pasti seberapa besar pengaruh genetik atau keturunan terhadap gangguan mental yang satu ini.
3. Lingkungan
Faktor lingkungan juga menjadi salah satu yang penting dalam mengakibatkan gangguan kecemasan sosial. Reaksi kecemasan dapat berkembang dan tidak terkontrol lagi saat mereka dibesarkan oleh orang tua yang terlalu mengekang dan mengontrol anaknya.
4. Kejadian di Masa Lalu
Situasi sosial yang terjadi di masa lalu dapat memberikan gangguan kecemasan. Gangguan-gangguan yang dialami sejak kecil dapat mengganggu masa depan seseorang. Hal ini dikarenakan orang tersebut merasa dipermalukan, sehingga membuatnya takut ketika akan menghadapi situasi sosial yang sama.
5. Gaya Pikir
Remaja akan merasa khawatir, tidak nyaman dan gelisah ketika menghadapi situasi sosial. Selain itu, dia akan terlalu banyak berpikir dan memberikan reaksi cemas secara berlebihan atas apa yang akan terjadi. Mereka akan memiliki keraguan atas kemampuan yang dimilikinya. Sulit untuk berkomunikasi dengan baik, merasa takut akan dianggap bodoh dan aneh bahkan membosankan ketika diajak untuk berkomunikasi.
6. Narkoba dan Alkohol
Penggunaan atau konsumsi keduanya tentu sangat berisiko dan memperparah kondisi pada tubuh serta otak pada orang yang memiliki gangguan kecemasan.
7. Stres yang Menumpuk
Penumpukan stres dapat berlangsung secara terus menerus akibat dari suatu kejadian tertentu. Misalnya stres karena suatu penyakit, stres dalam hal pekerjaan dan tugas sekolah, serta stres atas meninggalnya anggota keluarga.
Dampak Gangguan Kecemasan pada Remaja
Beberapa dampak dari gangguan kecemasan pada remaja adalah sebagai berikut.
1. Melemahkan Imunitas
Gangguan kecemasan dapat memicu respons stres dan hormon yang berlebihan. Dalam jangka waktu yang pendek, akan terasa seperti adrenalin yang mengalir di sistem tubuhmu. Hal ini dapat meningkatkan denyut nadi dan pernapasan sehingga otak tidak dapat menghasilkan lebih banyak oksigen. Bila sering merasa stres dan cemas, sistem kekebalan tubuh yang dimiliki tidak akan pernah mendapatkan sinyal untuk kembali berfungsi secara normal. Hal ini tentu saja dapat melemahkan sistem kekebalan dalam tubuh, sehingga kamu akan mudah untuk terkena penyakit dan rentan terinfeksi virus.
2. Masalah Pencernaan
Gangguan kecemasan tidak hanya mempengaruhi sistem imun dalam tubuh kita. Kecemasan dapat juga mempengaruhi sistem pencernaan dan sistem ekskresi kamu. Di saat kamu merasa cemas akan ketidaknyamanan di sekitar kamu mungkin akan mengalami beberapa ciri-ciri anxiety seperti mual, sakit perut, diare, dan masalah pencernaan lainnya.
3. Masalah Pernapasan
Kecemasan dapat juga mengakibatkan pernapasan terganggu yang membuat pernapasan tersebut menjadi pendek atau sangat cepat. Tidak hanya itu, gangguan kecemasan dapat juga memperburuk keadaan bagi mereka yang mengidap atau memiliki gejala penyakit asma.
4. Mengganggu Sistem Saraf Pusat
Serangan panik atau gangguan kecemasan yang biasa dialami dalam jangka waktu yang cukup panjang dapat menyebabkan otak melepaskan hormon secara tidak teratur. Kondisi ini tentu dapat meningkatkan frekuensi dengan munculnya suatu gejala, seperti depresi, sakit kepala, dan pusing.
5. Meningkatkan Risiko Penyakit Kardiovaskular
Gangguan kecemasan dapat juga menyebabkan rasa nyeri di dada, jantung berdebar, dan detak jantung meningkat dengan cepat. Bagi kamu yang memiliki gangguan tersebut dapat berisiko tinggi dalam mengalami penyakit jantung dan tekanan darah tinggi. Jika kamu sudah memiliki riwayat penyakit jantung, gangguan kecemasan sosial ini dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner.
6. Menurunkan Kualitas Tidur
Saat merasa cemas, kamu akan memiliki reaksi, seperti lari atau bertarung yang membuat otak terjaga sehingga kesulitan untuk tidur. Rasa cemas tersebut mengakibatkan kamu tidak bisa tidur secara nyenyak sehingga kita akan terus merasa letih saat bangun di pagi hari.
7. Mengganggu Saluran Reproduksi
Kecemasan dapat mengganggu kesuburan baik pada perempuan atau laki-laki, menghambat siklus menstruasi, dan memperburuk gejala menopause. Hal ini dapat terjadi karena adanya peningkatan pada kortisol serta menurunnya kadar pada hormon reproduksi tersebut. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa gangguan kecemasan dapat berdampak buruk pada tingkat libido dan kesuburan sehingga akan mengganggu kehidupan seksual dalam diri kita.
Nah, itulah yang perlu kamu ketahui tentang gangguan kecemasan pada remaja. Untuk mengatasi gangguan tersebut, kamu bisa melakukan beberapa cara. Seperti merawat spiritual diri (beribadah dan melakukan hal-hal baik), meditasi, hingga mengevaluasi pola pikir. Jika diperlukan, kamu bisa berkonsultasi pada psikolog dan psikiater untuk mendapatkan penanganan yang tepat.