Fimosis pada Bayi, Apakah Perlu Disunat?
Salah satu penyakit yang terjadi pada bayi, terutama bayi laki-laki adalah fimosis. Kondisi ini umum dialami oleh bayi laki-laki yang belum disunat. Fimosis merupakan gejala kelainan pada ujung kulit kulup penis yang mengalami penyempitan. Meskipun kondisi ini bisa disembuhkan, namun jika dibiarkan akan mengakibatkan infeksi yang serius dan mengakibatkan bayi tidak nyaman.
Kondisi ini pastinya membuat kamu sebagai orang tua khawatir. Pasalnya, tindakan yang sering dilakukan jika terjadi fimosis pada bayi adalah sirkumsisi atau sunat. Namun, ada kondisi tertentu dimana bayi laki-laki harus disunat. Nah, yang sering ditanyakan para orang tua antara lain: Apa sih, penyebab fimosis? Bagaimana gejalanya? Kapan bayi yang mengalami fimosis harus disunat? Dan bagaimana pencegahan agar fimosis tidak terjadi? Untuk mengetahuinya, yuk simak penjelasan di bawah ini.
Penyebab Fimosis pada Bayi
Penyebab terjadinya kelainan pada alat kelamin laki-laki ini umum dialami pada laki-laki yang belum disunat, terutama pada usia 2 tahun ke bawah. Hal ini umumnya disebabkan oleh kondisi bawaan sejak lahir. Namun dapat pula disebabkan oleh kebersihan penis yang tidak terjaga dengan baik. Selain itu, adanya penyakit kulit seperti eksim dan psoriasis dapat memicu terjadinya fimosis.
Biasanya, fimosis akan kembali normal ketika usia bayi menginjak 2 tahun. Jika pada usia tersebut kulup bayi belum kembali normal, kamu sebaiknya memeriksakan bayi ke dokter anak agar dapat ditangani segera. Fimosis yang dibiarkan lama akan menyebabkan gangguan serius dan memiliki gejala seperti peradangan pada kepala penis hingga demam akibat infeksi saluran kemih (ISK).
Gejala Fimosis
Gejala yang ditimbulkan karena fimosis antara lain sebagai berikut.
- Kulup tidak mampu ditarik ke belakang dan membuat kepala penis terlihat kecil dan menyempit.
- Kepala penis yang terlihat menggelembung karena adanya urine yang tertahan di kulup.
- Demam karena infeksi saluran kemih, yang mengakibatkan bayi tidak nyaman serta tidak mau makan dan menyusu.
Kapan Bayi harus Disunat?
Jika kamu memiliki bayi dengan gejala fimosis, ada baiknya kamu segera memeriksakan bayimu ke dokter anak. Untuk kasus fimosis pada bayi berusia di bawah 1 tahun, tindakan yang dilakukan dokter hanya sebatas observasi. Namun jika muncul infeksi berulang, timbul demam tanpa sebab, dan penis bengkak, maka dokter menganjurkan untuk dilakukan tindakan sirkumsisi atau sunat.
Sementara untuk gejala ringan, dokter dapat melakukan pengobatan berupa pemberian obat krim steroid topikal. Fimosis yang menimbulkan keluhan maka harus dilakukan sunat, karena semakin lama dibiarkan maka dapat merusak struktur penis dan infeksi pada kepala penis.
Jangan pernah mencoba untuk menarik kulup, ya. Hal ini selain membuat bayi kesakitan, menarik kulup dapat menyebabkan luka ringan dan menimbulkan jaringan parut yang dapat membuat kulup lebih sulit dibuka. Kondisi tersebut akan menimbulkan fimosis patologis.
Pencegahan Fimosis pada Bayi
Meskipun fimosis umum terjadi, kamu juga harus melakukan hal-hal di bawah ini agar kemungkinan fimosis terjadi lebih kecil.
1. Tidak Terlalu Sering Menggunakan Popok
Pemakaian popok yang terlalu lama, terutama popok sekali pakai, akan memicu terjadinya infeksi kulit pada kelamin bayi. Sebaiknya berikan jeda tanpa menggunakan popok selama kurang lebih 15 menit per hari. Ini berguna agar kulit bayi bisa bernafas”
2. Menjaga Kebersihan Area Genital Bayi
Saat mandi, kamu bisa membersihkan penis secara perlahan. Ketika bayi buang air kecil, kamu perlu menggunakan kasa untuk mengusap sisa urine hingga bersih, lalu bilas dengan air hangat untuk sterilisasi. Bersihkan area kelamin secara keseluruhan, lalu keringkan hingga benar-benar kering sebelum bayi menggunakan popok.
3. Hindari Sabun dan Bedak yang Mengandung Pewangi
Perhatikan setiap produk kebersihan yang akan digunakan bayi, ya. Jangan sampai produk yang digunakan memperparah kondisi fimosis. Pemakaian bedak atau sabun yang mengandung pewangi dapat menyebabkan iritasi kulit.
Itulah penjelasan mengenai fimosis yang umum terjadi pada bayi laki-laki. Semoga menjadi informasi baru untukmu, ya.