Strategi Inspiratif Jacinda Ardern Melawan COVID 19
Jacinda Ardern adalah Perdana Menteri ke-40 Selandia Baru yang berhasil menang di Pemilu tahun 2020. Jacinda lahir dengan nama lengkap Jacinda Kate Laurell Ardern pada tanggal 26 Juli 1980 di Hamilton, Selandia Baru. Ardern adalah anak kedua dari dua bersaudari dan berasal dari keluarga Mormon. Ia menghabiskan masa kecilnya di Murupara, kota kecil di bagian utara Selandia Baru.
Ardern dibawa ke politik oleh bibinya, Marie Ardern, anggota lama Partai Buruh, yang merekrut Ardern remaja untuk membantunya berkampanye untuk anggota parlemen New Plymouth Harry Duynhoven selama kampanye pemilihan ulangnya pada pemilihan umum 1999.
Nama Ardern menjadi populer karena kebijakan yang dia terapkan untuk mengatasi COVID 19 di negaranya. Dengan berbagai kebijakan efektif yang ia terapkan, di luar dugaan kini Selandia Baru bisa bernapas lega karena tidak memiliki penderita COVID-19 di negaranya.
Apa saja kebijakan Jacinda Ardern yang popular terkait pencegahan COVID-19 tersebut? Yuk, simak ulasannya di bawah ini.
Melakukan Lockdown Dini Secara Ketat
Dalam siaran pers singkatnya, Jacinda Ardern mengimbau agar masyarakat turut bekerja keras untuk mengatasi COVID-19 lebih awal dengan menerapkan lockdown.
Pada 15 Maret 2020, ketika Selandia Baru mencatat 100 kasus yang dikonfirmasi positif COVID-19 dan belum ada kematian, negara itu dengan cepat menutup perbatasannya untuk wisatawan asing. Selandia Baru juga mengharuskan orang yang pulang ke negara itu untuk menjalani karantina mandiri selama 14 hari.
Kemudian 10 hari setelahnya, Selandia Baru menerapkan penguncian (lockdown) secara penuh dan ketat, mengikuti standar internasional. Hanya toko kelontong, apotek, rumah sakit, dan pompa bensin yang diizinkan tetap buka. Sementara perjalanan kendaraan dibatasi, dan interaksi sosial hanya terbatas pada lingkup rumah tangga.
Pembatasan itu berlangsung lebih dari sebulan sebelum perlahan-lahan dilonggarkan lagi.
Aturan lockdown sangat penting karena dapat menekan penyebaran virus lebih awal dan memanfaatkan waktu berharga yang disia-siakan oleh negara lain.
Mengkomunikasikan Aturan Secara Efektif
Pada beberapa negara lain, kita lihat timbulnya berbagai pro dan kontra serta kekacauan terkait dengan aturan lockdown ketat. Tapi hal tersebut tidak terjadi di Selandia Baru.
Sesaat sebelum lockdown ketat, pemerintah mengirim pesan teks darurat kepada penduduk, yang bertuliskan, “Ini adalah pesan untuk seluruh Selandia Baru. Kami bergantung pada Anda.”
“Tempat Anda tinggal malam ini adalah tempat Anda harus tinggal mulai sekarang, kemungkinan (tindakan terketat) akan tetap berlaku selama beberapa minggu.”
Ketika situasi berkembang, Ardern paham dengan jelas pendekatan apa yang ingin diambilnya dalam pertarungan melawan COVID-19.
“Kita memiliki peluang untuk melakukan sesuatu yang belum dicapai negara lain, penghapusan virus,” katanya kepada penduduk Selandia baru dalam sebuah briefing pada 16 April lalu.
Dengan adanya pernyataan tersebut, pemerintah terkesan benar-benar pandai mengelola harapan masyarakat.
Masyarakat diberi tahu bahwa butuh waktu dua minggu untuk melihat tanda-tanda bahwa lockdown itu akan berdampak pada angka-angka (kasus COVID-19). Ini membuat tujuan lockdown itu mudah dipahami dan diterima.
Dalam hal ini, pemerintahan Jacinda Ardern menyampaikan pesannya dengan benar. Pesan yang konsisten tentang memprioritaskan kesehatan dan komunikasi yang intens serta konferensi pers harian langsung ke masyarakat, termasuk anak-anak, membantu mencapai penerimaan luas dari masyarakat.
Giat Meningkatkan Kapasitas Pengujian
Jacinda Ardern mengumumkan bahwa negara itu dapat memproses hingga 8.000 tes per hari. Ini berarti salah satu tingkat pengujian tertinggi per kapita di dunia. Secara total, Selandia Baru telah menguji hampir 295.000 orang. Angka ini menunjukkan tingkat pengujian per kapita yang relatif tinggi.
Lockdown ketat Selandia Baru, juga memudahkan pelacakan kontak terhadap orang yang berkontak dengan pasien terinfeksi COVID-19. Sehingga negara itu dapat lebih mudah melacak orang yang perlu diisolasi ketika kasus diidentifikasi. Mengikuti saran WHO tentang pengujian massal dan pelacakan kontak yang kuat adalah kunci untuk membatasi jumlah kematian
Memanfaatkan Letak Geografis ,Jumlah Penduduk dan Kontrol Ketat
Fakta bahwa Selandia Baru adalah pulau yang relatif terisolasi, telah sangat membantu negara itu merespons pandemi.
Selandia baru memiliki kontrol yang lebih besar terhadap siapa saja yang bisa masuk, jika dibandingkan dengan negara lain yang memiliki perbatasan darat yang lebih luas.
Sebagai negara pulau terpencil yang tidak banyak penduduknya, pengujian massal dan penutupan perbatasan untuk menghentikan penyebaran COVID-19 akan sulit untuk ditiru di tempat lain dengan tingkat keberhasilan yang sama. Namun, bukan berarti langkah-langkah Selandia Baru tidak dapat digunakan sebagai patokan oleh negara lain.
Selain itu, negara ini juga memiliki kepadatan populasi yang relatif rendah. Sehingga virus tidak dapat menyebar dengan mudah melalui penularan komunitas, karena lebih sedikit orang yang bertemu satu sama lain. Terlepas dari keuntungan populasi Selandia Baru yang kecil dan lokasi yang terpencil, pelajaran yang bisa dan harus dipelajari oleh negara-negara lain, adalah tentang pentingnya bergerak cepat.
Mengikuti Anjuran Penanganan Pandemi dengan Benar
WHO telah mengeluarkan panduan tentang penanganan COVID-19 untuk setiap negara. Landasan dari respon pandemi untuk setiap negara adalah harus menemukan, menguji, mengisolasi, dan memedulikan setiap kasus, dan untuk melacak dan mengkarantina setiap kontak. Inilah yang dijalankan oleh Selandia Baru dalam pengawasan Jacinda Ardern.
Saat ini, di saat negara lain belum pulih dari bahaya COVID-19, Selandia Baru bisa bernapas lega berkat antisipasi awal penanganan COVID-19 yang baik. Karena kondisi negara baik, maka pertumbuhan ekonomi juga ikut membaik. Inilah yang selalu di harapkan oleh perdana menteri Jacinda Arden. Cukup inspiratif bukan?