Cara Meningkatkan Kecerdasan Emosional pada Anak

Para orang tua di dunia ini tentu sangat mengharapkan anak-anaknya bisa mendapatkan nilai yang bagus di sekolah dan masuk universitas bergengsi. Makanya, tak jarang orang tua justru lebih fokus pada kecerdasan intelektual (Intelligence Quotient/IQ) dibandingkan kecerdasan emosional (Emotional Quotient/EQ). Faktanya, EQ tidak kalah bermanfaat bagi kehidupan setiap anak.

Hal ini dapat membantu mereka untuk menjadi seseorang yang sukses di tempat kerja kelak. Selain itu, anak yang cerdas secara emosional juga cenderung memiliki keterampilan yang baik dalam mengatasi stres serta berkomunikasi secara efektif. Sama pentingnya dengan kecerdasan intelektual, ini 8 cara yang bisa kamu terapkan untuk membantu meningkatkan EQ pada anak.

kecerdasan emosional
Sumber: iStockPhoto

8 Cara untuk Meningkatkan Kecerdasan Emosional

1. Melabeli Berbagai Jenis Perasaan

Seorang anak perlu tahu bagaimana mengenali perasaanya. Kamu dapat membantu anak dengan memberi nama pada emosinya, setidaknya emosi yang kamu curigai sedang dirasakan oleh anak. Saat anak kesal karena kalah dalam permainan, kamu bisa mengatakan, “Sepertinya kamu sangat marah sekarang. Apakah itu benar?”

Jika mereka terlihat sedih, kamu dapat berkata, “Apakah kamu merasa kecewa karena kita tidak akan mengunjungi Nenek dan Kakek hari ini?” Kata-kata emosional seperti “marah”, “kesal”, “pemalu” dan “menyakitkan” semuanya dapat membangun kosakata untuk mengungkapkan perasaan. Jangan lupa untuk membagikan kata-kata untuk emosi positif juga, seperti “gembira”, “bersemangat”, “bersyukur”, dan “berharap”.

2. Validasi dan Berempati

Saat anak merasa kesal, terutama ketika emosinya tampak intens, bisa jadi kamu tergoda untuk meminimalkan perasaannya dengan mengatakan “Tidak, itu cuma perasaanmu saja”. Namun komentar yang meremehkan akan mengajari anak bahwa perasaannya salah. Pendekatan yang lebih baik adalah dengan memvalidasi perasaan anak dan menunjukkan empati, bahkan jika Mama tidak mengerti mengapa anak begitu kesal.

Jika anak menangis karena diberi tahu tidak boleh pergi bermain sampai ia membersihkan kamarnya, katakan sesuatu seperti, “Ibu merasa sedih ketika Ibu tidak dapat melakukan apa yang diinginkan juga. Terkadang sulit untuk terus bekerja ketika sedang tidak mau.” Ketika anak melihat bahwa kamu memahami perasaannya, ia akan merasa dimengerti. Daripada berteriak atau menangis untuk menunjukkan emosi kepadamu, anak akan merasa lebih baik ketika kamu menjelaskan bahwa sudah memahami bahwa ia marah.

Baca juga:  Inilah Tahapan Perkembangan Janin Mulai Awal hingga Menjelang Kelahiran

3. Tunjukkan Cara yang Tepat

kecerdasan emosional
Sumber: iStockPhoto

Anak-anak perlu tahu bagaimana mengekspresikan emosi mereka dengan cara yang sesuai secara sosial. Cara terbaik untuk mengajari anak cara mengekspresikan perasaan adalah dengan mencontohkan keterampilan ini sendiri. Gunakan kata-kata perasaan dalam percakapan sehari-hari dan berlatihlah membicarakannya.

Katakan hal-hal seperti, “Ibu merasa marah ketika melihat anak-anak menjadi saling menyakiti di taman bermain,” atau “Bapak merasa senang ketika teman-temanmu datang untuk makan malam.” Orangtua yang cerdas secara emosional lebih mungkin untuk memiliki anak yang cerdas secara emosional. Jadi, pastikan juga untuk belajar bagaimana cara mengekspresikan perasaan, sehingga bisa menjadi panutan yang efektif untuk anak.

4. Ajarkan Keterampilan Coping

Begitu anak-anak memahami emosi, mereka perlu belajar bagaimana menangani emosi-emosi itu dengan cara yang sehat. Mengetahui cara menenangkan diri, menghibur diri, atau menghadapi ketakutan, bisa jadi rumit bagi anak di awalnya. Sehingga, ajarkan keterampilan khusus. Misalnya, anak mungkin mendapat manfaat dari mempelajari cara menarik napas dalam-dalam beberapa kali saat marah untuk menenangkan tubuhnya.

Cara yang ramah anak untuk mengajarkan ini melibatkan menyuruh mereka mengambil “napas gelembung” di mana mereka bernapas melalui hidung dan meniup melalui mulut, seolah-olah sedang meniup gelembung. Kamu juga dapat membantu anak membuat perangkat yang membantunya mengatur perasaan. Buku mewarnai, buku lelucon favorit, musik yang menenangkan, dan lotion yang wangi, adalah beberapa hal yang dapat membantu melibatkan indra dan menenangkan emosi.

5. Kembangkan Keterampilan Problem Solving

Bagian dari membangun kecerdasan emosional melibatkan belajar bagaimana memecahkan masalah. Setelah perasaan diberi label dan ditangani, saatnya untuk mencari cara untuk memperbaiki masalah itu sendiri. Mungkin anak marah karena adiknya atau sepupunya terus mengganggu saat ia bermain video game. Bantu anak mengidentifikasi setidaknya lima cara untuk memecahkan masalah ini. Solusi tidak harus berupa ide yang bagus. Tujuan awalnya hanya untuk bertukar pikiran.

Setelah anak mengidentifikasi setidaknya lima solusi yang mungkin, bantu anak menilai pro dan kontra dari masing-masing solusi. Kemudian, dorong untuk memilih opsi terbaik. Cobalah untuk bertindak sebagai pelatih, bukan pemecah masalah yang sebenarnya. Berikan bimbingan bila perlu tetapi berusahalah untuk membantu anak melihat bahwa ia memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah secara damai dan efektif sendiri.

Baca juga:  Pahami 8 Manfaat Protein Hewani dan 7 Sumbernya bagi Anak!

6. Pastikan EQ sebagai Tujuan yang Berkelanjutan

Seberapa cerdas emosional anak, selalu ada ruang untuk perbaikan. Dan kemungkinan akan ada beberapa pasang surut di sepanjang masa kanak-kanak dan remaja. Seiring bertambahnya usia, anak cenderung menghadapi rintangan yang akan menantang keterampilannya. Jadi, buatlah tujuan untuk memasukkan pengembangan keterampilan ke dalam kehidupan sehari-hari. Ini bisa dilakukan dengan cara yang sederhana dan menyenangkan.

Seiring bertambahnya usia anak, bicarakan situasi kehidupan nyata, apakah itu hal-hal yang ia hadapi dalam kehidupan sehari-hari atau masalah yang Mama baca di berita. Buatlah percakapan yang berkelanjutan. Selain itu, gunakan kesalahan anak sebagai peluang untuk tumbuh lebih baik. Saat anak berperilaku buruk seperti karena marah atau menyakiti perasaan seseorang, luangkan waktu untuk berbicara tentang bagaimana anak bisa berbuat lebih baik di masa depan.

7. Mendorong Pola Berpikir Positif

Pilar besar untuk rasa kesejahteraan emosional yang kuat adalah ruang kepala yang positif. Pola pikir positif ini akan memungkinkan anak-anak untuk membangun ketahanan, berpikir kritis dan meningkatkan harga diri mereka. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan membuat “My Heart Map“. Ini adalah cara yang menyenangkan dan kreatif untuk membuat anak merenungkan apa yang membuatnya bahagia. Ketika anak merasa sedih, lakukan satu per satu hal-hal yang dicantumkan dalam peta tersebut. Ini juga merupakan alat yang sederhana dan kuat untuk memungkinkan anak terhubung dengan diri sendiri pada tingkat yang lebih dalam.

8. Mengajarkan Bagaimana Berurusan dengan Rasa Kecemasan

kecerdasan emosional
Sumber: Freepik

1 dari 6 anak muda (berusia 16-24) memiliki gejala gangguan mental yang umum seperti depresi atau gangguan kecemasan. Mengajarkan anak kecerdasan emosional, meningkatkan kemampuannya untuk menangani situasi sulit baik di dalam dan di luar rumah. Ada beberapa latihan yang bisa membantu mengatasi anak agar mencegah kecemasan berkembang. Misalnya beri tahu anak hal-hal apa yang bisa ia kendalikan dan tidak, memiliki batu atau benda tertentu yang meningkatkan suasana hati atau “menyerap kekhawatiran”, hingga gerakan tubuh tertentu.

Nah, itulah 8 cara untuk meningkatkan EQ pada anak sejak dini. Kecerdasan emosional memungkinkan seorang anak untuk dengan cepat membangun kepercayaan dengan orang lain, yang menjadi dasar hubungan yang baik. Hal ini karena anak mama dapat memahami perasaan dan berempati dengan mereka. Sehingga kecerdasan ini sangat luar biasa bagi anak-anak untuk belajar bekerja dalam sebuah kelompok. Semoga tipsnya bermanfaat ya!