Rahim Terbalik, Apakah Masih Bisa Hamil? Kenali Gejalanya!
Rahim atau uterus adalah organ reproduksi yang berperan penting bagi wanita. Salah satunya adalah sebagai tempat janin menempel, tumbuh, dan berkembang. Umumnya, posisi rahim berada cenderung condong ke depan atau tegak terhadap pelvis. Namun, ada wanita yang memiliki posisi rahim membelakangi pelvis. Kondisi ini disebut dengan rahim terbalik, dalam bahasa medisnya disebut retroflexed uterus atau tilted uterus.
Kondisi rahim retrofleksi terjadi ketika posisi rahim lurus ke belakang, menghadap tulang belakang atau anus. Meski begitu, rahim retrofleksi dapat berkaitan dengan beberapa kondisi yang mungkin menimbulkan keluhan atau gejala mengganggu. Kondisi ini tergolong umum karena 1 dari 5 wanita mengalaminya. Namun, ada kemungkinan wanita yang mengalami rahim retrofleksi tidak menyadari mengenai kondisi ini. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang rahim terbalik ini, simak penjelasannya di bawah ini!
Fakta dan Penyebab Rahim Terbalik
Untuk mengetahui apakah kamu mengalami kondisi rahim terbalik, sebaiknya cermati fakta di bawah ini!
Fakta Rahim Retrofleksi
Beberapa fakta yang menyebabkan posisi rahim terbalik adalah sebagai berikut.
1. Gejalanya Tidak Disadari
Beberapa wanita tidak menyadari adanya gejala dari rahim retrofleksi. Namun, jika kamu mengalami beberapa gejala ini, maka kamu perlu waspada.
- Tulang belakang dan vagina terasa nyeri saat berhubungan intim.
- Sering buang air kecil dan kandung kemih terasa tertekan.
- Panggul terasa sakit dan nyeri saat menstruasi.
- Mengalami infeksi saluran kemih.
- Sulit menggunakan tampon.
- Inkontinensia urine.
- Sakit punggung.
2. Masih Bisa Hamil
Pada prinsipnya, rahim terbalik tidak memengaruhi kondisi kesuburan. Rahim retrofleksi tidak mengganggu kemampuan sperma untuk mencapai sel telur. Namun, jika kamu mengalami kondisi yang dikarenakan endometriosis atau mengalami masalah kesuburan, maka yang menyebabkan wanita sulit hamil adalah endometriosis atau masalah infertilitas tersebut. Bukan kondisi rahim yang mengalami posisi terbalik. Pada sebagian besar kasus kehamilan, rahim akan berubah posisi sehingga rahim mengarah ke perut. Kondisi tersebut biasanya terjadi pada kehamilan sejak trimester pertama.
3. Bisa Diobati
Tidak perlu takut jika kamu memiliki rahim terbalik. Umumnya pengobatan tidak diperlukan jika kamu tidak memiliki gejala ataupun keluhan. Namun, bila khawatir mengenai kondisi rahim terbalik, kamu bisa mendiskusikan kemungkinan perawatan dengan dokter. Umumnya, dokter akan memanipulasi rahim secara manual dan menempatkannya dalam posisi tegak dan memberikan gerakan latihan senam untuk memperkuat tendon dan ligamen yang dapat menahan posisi tegak rahim yang dimanipulasi ini.
Penyebab Rahim Terbalik
Beberapa hal yang menyebabkan rahim retrofleksi adalah sebagai berikut.
1. Faktor Genetik
Umumnya, rahim terbalik merupakan gangguan pada rahim yang terjadi karena faktor keturunan. Ada sekitar 20 persen wanita di dunia yang memiliki rahim terbalik. Pada kasus-kasus tertentu, penyebab kondisi adalah adanya kelainan dengan jaringan parut atau perlengketan pada panggul seperti endometriosis, fibroid uterus, penyakit radang panggul, sejarah operasi panggul, dan riwayat kehamilan sebelumnya.
2. Persalinan
Posisi rahim bisa berubah karena pengaruh proses persalinan. Kondisi ini bisa terjadi jika ligamen atau jaringan penyangga rahim mengalami peregangan. Pada kondisi normal, seharusnya rahim akan kembali ke posisi semula setelah persalinan. Namun pada sebagian persalinan, justru menyebabkan perubahan posisi rahim menjadi retrofleksi.
3. Endometriosis
Jaringan parut atau adhesi endometrium dapat menyebabkan rahim menempel ke belakang, hampir seperti menempelkannya pada tempatnya. Pertumbuhan jaringan parut ini bisa menyebabkan rahim terjebak pada posisi terbalik. Hal ini mengakibatkan rahim kesulitan kembali ke posisi yang seharusnya.
4. Myoma Atau Kista
Kemunculan kista di sekitar rahim bisa membuat posisi rahim terbalik, bentuknya tidak sempurna, dan bermasalah. Pada kasus tertentu, kemunculan kista juga bisa mengganggu proses pembuahan atau kehamilan. Oleh karenanya, kamu bisa mewaspadai munculnya kista pada rahim. Konsultasikan pada dokter kandungan, apakah posisi rahim bisa terbalik akibat munculnya kista.
5. Operasi Panggul
Adanya riwayat operasi panggul bisa menimbulkan jaringan parut. Hal ini mengakibatkan posisi rahim terganggu, hingga terbalik. Kondisi ini kemudian dapat menarik rahim ke posisi ke daerah pelvis atau panggul.
Penanganan
Walaupun tidak memerlukan perawatan khusus terutama jika tidak memiliki keluhan atau gangguan, ada baiknya melakukan beberapa cara berikut untuk memperbaiki rahim retrofleksi:
- Senam Kegel. Senam ini dilakukan dengan cara mengencangkan otot panggul bagian bawah seperti sedang menahan buang air kecil. Kemudian tahan gerakan ini selama 5 detik dan ulangi sebanyak 4−5 kali.
- Gerakan Knee to Chest. Berbaringlah di lantai dengan posisi kaki lurus ke bawah dan menempel ke lantai. Tarik kaki ke atas secara perlahan, tekuk, lalu tempel ke dada selama 20 detik. Kemudian kembalikan posisi kaki lurus ke lantai dan ulangi 10−15 kali.
- Oblique Twist. Berbaringlah dengan posisi badan dan tangan lurus ke bawah menempel ke lantai. Kemudian angkat panggul ke atas secara perlahan sambil menarik napas. Turunkan panggul sambil menghela napas. Lakukan gerakan ini sebanyak 10−15 kali secara berulang.
- Cincin Pesarium. Alat yang terbuat dari plastik atau silikon ini bisa ditanam di dalam vagina, baik sementara maupun permanen. Tujuannya adalah untuk memperbaiki posisi rahim.
- Operasi. Penanganan terakhir pada kondisi rahim retrofleksi adalah dengan operasi. Beberapa teknik yang bisa digunakan dalam prosedur ini salah satunya laparoskopi. Jika kondisinya sangat serius, teknik histerektomi mungkin dilakukan untuk mengangkat rahim.
Sebagian orang merasa khawatir jika kondisi rahim retrofleksi akan mengganggu kehamilan. Faktanya, pada banyak kasus, rahim retrofleksi tidak sampai menyebabkan kehamilan terganggu. Rahim yang terbalik akan kembali ke posisi semula secara alami saat usia kehamilan trimester pertama. Agar lebih aman, pastikan untuk selalu berkonsultasi dengan dokter jika merasakan gejala-gejala adanya gangguan ini.