Stop Bullying! Yuk, Edukasi Anak-Anak Tentang Perilaku Bullying
Bullying adalah sebuah tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang menyakiti, dan mempermalukan seseorang. Tindakan bullying juga sering dilakukan secara berulang-ulang (dari waktu ke waktu) dengan tujuan untuk membuat korban menjadi menderita dan merasa tidak berdaya. Bullying adalah pola perilaku, bukan insiden yang terjadi hanya sekali-kali. Anak-anak yang melakukan bullying biasanya berasal dari status sosial atau posisi kekuasaan yang lebih tinggi, misalnya anak-anak yang lebih besar, lebih kuat, atau dianggap populer sehingga dapat menyalahgunakan posisinya. Bagaimana cara yang dapat dilakukan orang tua untuk stop bullying pada anak-anak?
Anak-anak yang paling rentan menghadapi risiko lebih tinggi untuk menerima bullying seringkali adalah anak-anak yang berasal dari masyarakat yang terpinggirkan, anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah, anak-anak dengan penampilan atau ukuran tubuh yang berbeda, anak-anak penyandang disabilitas, hingga anak-anak migran dan pengungsi. Yuk, mulai edukasi anak tentang stop bullying!
Tanda-Tanda Anak Mengalami Bullying
Tanda-tanda apa yang harus diperhatikan oleh orang tua pada anak yang mengalami bullying? Pertama, perhatikan dan amati keadaan emosi anak, karena beberapa anak mungkin tidak mengungkapkan kekhawatiran mereka secara lisan. Tanda-tanda yang harus diwaspadai di antaranya adalah sebagai berikut:
- Tanda fisik seperti memar yang tidak dapat dijelaskan, goresan, patah tulang, hingga luka dalam penyembuhan.
- Menjadi takut pergi ke sekolah atau mengikuti acara sekolah.
- Menjadi cemas, gelisah, hingga menjadi sangat waspada.
- Memiliki beberapa teman di sekolah atau di luar sekolah, atau kehilangan teman secara tiba-tiba, serta menghindari situasi sosial.
- Pakaian, alat elektronik, atau barang-barang pribadi lainnya menjadi hilang atau rusak.
- Seringkali meminta uang untuk alasan yang mungkin kurang jelas atau cenderung mencurigakan.
- Prestasi yang menjadi turun dan rendah.
- Ketidakhadiran, bolos, atau menelepon dari sekolah untuk meminta pulang.
- Mencoba terus-menerus ingin dekat dengan orang dewasa.
- Tidur tidak nyenyak dan mungkin mengalami mimpi buruk.
- Mengeluh sakit kepala, sakit perut, hingga penyakit fisik lainnya.
- Sering merasa tertekan setelah menghabiskan waktu online atau memainkan telepon genggam atau komputer (tanpa penjelasan yang masuk akal).
- Menjadi sangat tertutup, terutama dalam hal aktivitas online.
- Menjadi agresif atau marah secara tiba-tiba.
Peran Orang Tua saat Anak Mengalami Bullying
Bullying akan menimbulkan dampak yang berbahaya dan jangka panjang bagi anak-anak. Selain efek fisik dari bullying, anak-anak juga dapat mengalami masalah kesehatan mental dan emosional, termasuk depresi dan kecemasan, yang dapat menyebabkan penyalahgunaan narkoba dan penurunan prestasi anak di sekolah. Tidak seperti bullying secara langsung, cyberbullying malah dapat menjangkau korban di mana saja, kapan saja. Hal ini tentu saja dapat menyebabkan bahaya yang lebih besar, karena dapat dengan cepat menjangkau khalayak luas dan meninggalkan jejak permanen secara online untuk semua yang terlibat di dalamnya.
Anak-anak memiliki hak atas lingkungan sekolah yang aman dan asri yang menghargai harkat martabat anak. Konvensi Hak-Hak Anak menyatakan bahwa semua anak memiliki hak atas pendidikan, dan perlindungan dari semua bentuk kekerasan fisik, mental, kerusakan, hingga perlakuan salah. Stop bullying! Langkah pertama yang dapat dilakukan untuk menjaga keamanan anak, baik secara langsung atau online, adalah memastikan mereka mengetahui masalahnya. Perhatikan beberapa tips di bawah ini:
1. Ajari anak-anak tentang bullying
Begitu anak-anak tahu apa itu bullying, anak-anak akan dapat mengidentifikasinya dengan lebih mudah, apakah itu terjadi pada mereka atau orang lain. Bicaralah secara terbuka dan sering kepada anak-anak. Karena semakin sering orang tua berbicara dengan anak-anak tentang bullying, maka akan semakin nyaman mereka memberi tahu orang tuanya jika mereka melihat atau mengalaminya.
2.Periksa dan pantau kegiatan anak-anak
Sebagai orang tua, pastikan kamu memeriksa anak-anak setiap hari dan tanyakan tentang waktu mereka di sekolah dan aktivitas mereka secara online. Menanyakan tidak hanya tentang kelas dan kegiatan mereka saja, tetapi juga tentang perasaan mereka. Kemudian, bantu anak-anak agar menjadi panutan yang positif.
Penting untuk diperhatikan, bahwa ada tiga pihak yang terlibat dalam bullying yaitu korban, pelaku, dan saksi. Bahkan jika anak-anak bukan korban bullying, mereka juga dapat mencegah bullying dengan bersikap positif, hormat, dan baik kepada teman sebayanya. Jika mereka menyaksikan bullying, maka mereka dapat membela korban, menawarkan dukungan, dan mempertanyakan perilaku bullying yang terjadi.
3. Membantu Membangun Kepercayaan Diri Anak
Dorong anak-anak untuk mengikuti kelas atau bergabung dengan kegiatan yang disukai di lingkungan sekitar atau di sekolahnya. Hal ini juga akan membantu membangun kepercayaan diri serta menambah teman dengan minat yang sama. Selain itu, jadilah teladan yang baik untuk anak. Tunjukkan pada anak bagaimana memperlakukan anak-anak lain dan orang dewasa dengan kebaikan dan rasa hormat, serta melakukan hal yang sama kepada orang-orang di sekitar, termasuk membela ketika orang lain diperlakukan dengan tidak baik. Anak-anak akan melihat orang tua mereka sebagai contoh bagaimana cara berperilaku, termasuk mengunggah sesuatu secara online.
4. Jadilah Bagian dari Pengalaman Online Anak
Biasakan diri kamu dengan platform yang digunakan anak, lalu jelaskan kepada anak bagaimana dunia online dan dunia offline terhubung, serta peringatkan mereka tentang berbagai risiko yang akan mereka hadapi secara online.
Itulah beberapa ulasan tentang bullying yang perlu diperhatikan. Stop bullying sekarang juga! Sebagai orang tua, pastikan kamu menjalin komunikasi terbuka dengan anak, luangkan waktu rutin untuk melakukan sharing session. Dengan begitu, kamu akan lebih mudah mengawasi dan menghindarkan anak dari perilaku bullying.