Jadi Pembohong, Ini Dampak Menjadi Strict Parents bagi Anak
Pola asuh yang diterapkan oleh orang tua memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan emosional anak-anaknya. Salah satu pola asuh yang sering diterapkan oleh orang tua di Indonesia adalah strict parents. Ini merupakan sebuah pola asuh yang tegas, menegakkan aturan yang ketat terhadap anak-anaknya, mengutamakan disiplin, kepatuhan, dan punya standar tinggi dalam mengajarkan tanggung jawab.
Hal ini terjadi karena pergaulan di luar lingkup keluarga semakin susah dikendalikan. Terlebih dengan adanya teknologi, anak semakin mudah mengakses berbagai macam informasi dari dunia maya. Kendati dilandasi niat baik dalam menerapkan pola asuh ini, hasilnya akan berbeda karena tergantung pada berbagai faktor seperti intensitas, pendekatan individu hingga dinamika dalam keluarga itu sendiri.
Ciri-Ciri Strict Parents
Berikut ini adalah ciri-ciri yang umum ditemui pada orang tua yang menerapkan gaya pengasuhan ini:
- Penetapan aturan yang tegas dan konsisten.
- Ekspektasi tinggi terhadap kinerja dan perilaku anak.
- Kurang fleksibel dalam negosiasi atau diskusi.
- Memberi hukuman atau konsekuensi yang jelas ketika aturan dilanggar.
- Pujian dan penghargaan terfokus pada pencapaian spesifik, bukan pada usaha.
- Kontrol yang ketat atas pilihan dan aktivitas anak.
- Penekanan pada ketaatan dan disiplin.
Namun, perlu diingat bahwa keberlebihan dalam menerapkan strict parenting dapat berpotensi menjadi pola toxic parenting.
Penyebab Strict Parents
Kenapa beberapa orang tua lebih memilih menjadi strict parents ketimbang pola asuh lainnya? Berikut ini beberapa penyebab yang mungkin dapat menjadi pemicunya:
1. Punya Kepribadian atau Sifat Bawaan
Entah dari sisi ibu atau sisi ayah atau bahkan keduanya, bila mereka memiliki kepribadian yang keras, otoriter, kaku, dan penuh pembatasan, maka umumnya mereka akan melakukan pola asuh dengan tipe tersebut. Dan hal semacam ini bisa dikatakan sulit untuk diubah. Terlebih, bila mereka memiliki kondisi emosional atau psikologis yang tidak stabil, tentunya akan membuatnya sulit berempati dan cenderung dipenuhi dengan pikiran negatif setiap saatnya. Dengan begitu, mereka pun akan menerapkan hal tersebut pada pola asuh untuk anaknya.
Baca Juga: Tips Mengelola Inner Child pada Diri dan Anak Agar Tidak Trauma
2. Memiliki Pengalaman yang Sama Saat Kecil
Apabila orang tua punya pengalaman saat kecil di mana mereka diasuh dengan pola otoriter, maka saat besar pun cenderung akan melakukan hal yang sama. Hal ini karena dalam pikiran atau alam bawah sadarnya telah tertanam hal serupa. Mereka beranggapan bahwa dengan melakukan pola asuh ini, maka akan membuat anak sukses atau berkembang seperti mereka.
3. Kecenderungan Memiliki Neurotisme Tinggi
Strict parents dapat membuat anggota keluarga tersebut memiliki tingkat neurotisme yang tinggi. Neurotisme adalah kepribadian yang berhubungan dengan kestabilan emosi seseorang. Hal ini ditandai dengan keraguan, depresi, kecemasan, dan berbagai macam pikiran negatif yang terus bermunculan.
Dampak Positif dan Negatif pada Anak
Gaya pengasuhan apapun tentu akan memberikan dampak yang cukup besar dalam perkembangan anak. Baik itu gaya asuh otoritatif maupun otoriter, baik itu dengan orang tua yang memiliki kepribadian lembut atau keras, keduanya akan memberikan dampak pada si kecil. Lalu, dampak apa yang diberikan oleh gaya asuh strict parents pada anak?
1. Tidak Bahagia Serta Depresi
Dalam sebuah jurnal psikologi, dijelaskan bahwa salah satu dampak dari gaya asuh strict parents, ialah membuat anak menjadi tidak bahagia serta merasa depresi.
2. Adanya Gangguan Perilaku
Selain depresi serta tidak bahagia, anak dengan asuhan strict parents cenderung memiliki gangguan perilaku. Hal ini dikarenakan anak adalah sosok peniru ulung, sehingga ia akan dengan mudah meniru perilaku yang ditunjukan oleh orang tuanya. Ketika orang tua mendisiplinkan anak dengan cara yang keras dan disertai ancaman maupun paksaan bahkan hingga hukuman fisik, anak tentu saja bisa meniru hal-hal tersebut dan memperlakukan temannya dengan perilaku yang tidak mengenakan. Hasilnya, anak akan memiliki sifat agresif, pemarah, hingga impulsif sejak dini.
3. Lebih suka berbohong
Ketika orang tua mendisiplinkan anak dengan cara yang keras dan penuh pengekangan bahkan tanpa kasih sayang, maka rasa takut dalam diri anak pun akan muncul. Sehingga, anak akan berusaha untuk menghindari hukuman-hukuman tersebut, salah satu caranya ialah dengan berbohong.
Contohnya, ketika strict parents mempermalukan anak di luar rumah, maka anak akan cenderung bertingkah baik di luar rumah. Sebab ia takut akan dipermalukan di depan umum. Namun, sesampainya ia di rumah, anak bisa kembali melakukan hal-hal buruk ataupun melanggar aturan yang telah dibuat oleh orang tua. Sifat gemar berbohong ini juga dapat muncul karena anak tidak diberikan kesempatan oleh orang tua untuk mengungkapkan kejujurannya.
4. Suka Melakukan Perundungan (Bullying)
Dampak dari pola asuh otoriter dari strict parents ialah mengundang sifat perundungan ke dalam diri anak. Hal ini dikarenakan, anak melihat cara yang keras dan hukuman fisik yang dilakukan oleh orang tua pada dirinya. Sehingga, anak akan menganggap bahwa perlakuan kasar tersebut merupakan hal yang wajar. Pada akhirnya, anak akan menjadi sosok yang keras dan pemaksa untuk mendapatkan apa yang ia inginkan, seperti cara asuh orang tua. Pola asuh otoriter dan strict parents akan menyebabkan anak menjadi sosok pelaku perundungan atau bullying.
Baca juga: Stop Bullying! Yuk, Edukasi Anak-Anak Tentang Perilaku Bullying
5. Tidak Memiliki Rasa Percaya Diri
Dampak lainnya dari pola asuh strict parents ialah rasa percaya diri dari sang anak akan meredam bahkan hilang. Hal ini dikarenakan orang tua tidak memberikan kepercayaan dan kesempatan pada anak, untuk mengungkapkan opini dan dilarang mempertanyakan sesuatu.
Bagaimana Menghadapi Orang Tua yang Strict?
Bagaimana cara mengatasi dan menghadapi orang tua yang ketat dengan segala peraturannya?
Pertama, kamu harus menyadari bahwa kamu berada di bawah pola asuh strict parents. Sehingga, kamu perlu memberikan waktu serta ruang lebih untuk diri sendiri. Ketika bersama di dalam rumah, kamu mungkin akan merasa kehabisan energi karena tuntutan ini itu, sehingga kamu perlu mengisi energi dengan hal-hal positif dan mampu memperbaiki mentalmu.
Ketahuilah, meskipun orang tua jenis ini adalah sosok yang keras dan tidak pernah atau jarang menunjukan kasih sayang, akan tetapi orang tua dengan gaya asuh otoriter tetap sayang dan menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Sehingga, cobalah untuk menjelaskan dan memahami apa keinginan orang tua, dan cobalah untuk hindari segala perdebatan yang membuat energi positif kamu terkuras habis.
Itulah penjelasan mengenai orang tua yang strict dan dampaknya pada anak. Saat ingin mengasuh anak, tentunya orang tua ingin melakukan segala sesuatu yang baik untuk buah hatinya. Namun, tanpa disadari, terkadang beberapa orang tua terlalu kaku dan keras saat mengasuh anaknya.
Strict parents yang sering tidak disadari oleh orang tua pada akhirnya berdampak buruk kepada anaknya. Apabila anak menunjukkan tanda-tanda dari dampak strict parents yang telah disebut sebelumnya, inilah saat yang tepat untuk berkonsultasi ke psikolog. Hal ini tidak hanya bermanfaat untuk anakmu, tetapi juga untuk diri sendiri guna menjadi orang tua yang lebih baik.