Sunmor UGM Buka Kembali? Simak 5 Fakta Menariknya
Paguyuban Pedagang Sunday Morning (Sunmor) UGM akhirnya kembali membuka lapak di daerah sekitar UGM dan UNY, tepatnya di Jalan Notonegoro hingga area luar Fakultas Peternakan UGM. Ratusan pedagang mulai membuka lapaknya kembali setelah 3,5 tahun vakum berdagang. Hal ini terbilang aksi yang cukup berani, mengingat pihak Sunmor belum mengantongi izin Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara pihak UGM dan Kalurahan Caturtunggal sebagai pengelola baru.
Sebagai salah satu daya tarik Kota Jogja, Sunmor juga sangat membantu pedagang (terutama UMKM kecil dan menengah) dalam membangkitkan perekonomian. Pengunjung pun dimanjakan oleh berbagai produk. Mulai dari kuliner, pakaian, hingga peralatan anak kos yang dibutuhkan oleh para perantau yang kebanyakan adalah mahasiswa dan pekerja. Apa saja 5 fakta menarik dari Sunmor UGM? Simak selengkapnya di bawah ini.
5 Fakta Menarik Sunmor UGM
1. Sejarah Sunday Morning UGM
Embrio Sunday Morning (Sunmor) UGM muncul pada tahun 1984. Kemunculan pedagang yang notabene mahasiswa UGM sendiri bermula dari banyaknya orang yang berolahraga dan jalan-jalan pagi di area perumahan UGM (timur UC). Barang yang dijual antara lain keleman (pisang dan kacang rebus) dan susu murni. Usaha ini terus berkembang.
Di tahun 1997, penjual yang ada bukan hanya makanan ringan saja, namun juga penjual makanan lesehan. Pada tanggal 29 November 1998 paguyuban ini secara resmi lahir dan diberi nama Fajar Wiradigama (FWD). Pada Maret 2000, UGM mengumumkan bahwa kawasan depan Purna Budaya ke timur sampai dengan pertigaan Masjid UGM dinyatakan sebagai daerah blank area (tidak boleh untuk berjualan).
Pedagang FWD lantas dipindah ke Boulevard. Dua bulan berselang, blank area ini pelan-pelan mulai diisi pedagang pasar kaget aneka komoditas. Mulai dari aksesoris, makanan kecil, sandal, garmen, hingga bed cover. Karena dinilai mengganggu ketertiban, pihak Universitas pada tanggal 29 Juli 2005 memindah pedagang non lesehan ke Kawasan Lembah UGM.
Pedagang-pedagang inilah yang menjadi cikal bakal Paguyuban Notonagoro. Pertumbuhan Sunmor yang positif lantas menimbulkan ketertarikan bagi pedagang lain untuk turut berjualan di kawasan Boulevard. Belajar dari kasus sebelumnya, Universitas kemudian menyinergikan pedagang non lesehan di wilayah Boulevard menjadi Paguyuban Sinar Pagi pada tanggal 29 Oktober 2007.
Pada Mei 2009 pihak Universitas mengeluarkan rancangan penataan PKL harian dan mingguan untuk tidak menempati kawasan Boulevard UGM. PKL harian menempati area Plaza Foodcourt, sedangkan PKL mingguan mulai tanggal 12 Juli 2009 dipusatkan menjadi satu area di sepanjang Jl. Notonagoro dan Jl. Olahraga.
2. Hanya Ada di Minggu Pagi
Waktu Sunmor terbilang singkat, karena hanya ada di hari Minggu. Pedagang mulai menjajakan barang dagangannya dari pukul 5 pagi hingga 12 siang. Jam tersebut dipilih karena banyak orang yang berolahraga di kawasan Lembah UGM. Hal tersebut juga lah yang membuat pasar ini dikenal dengan nama Sunmor UGM yang berarti Minggu Pagi.
3. Lokasinya yang Strategis
Sunday Morning terletak di sepanjang jalan Notonegoro kabupaten Sleman. Apabila kamu belum mengetahui jalan ini, kita bisa lewat dari Perempatan Sagan hingga Selokan Mataram, atau jalan paling timur di Kampus UGM. Lokasi Sunmor memiliki akses yang mudah dijangkau, apabila ingin ke sana dapat menggunakan kendaraan umum maupun kendaraan pribadi. Akses tempat ini bisa dari mana saja, dari arah Jalan Kolombo (dari selatan) dan Jalan Selokan Mataram (dari utara).
4. Produk yang Dijajakan Beragam
Semula pedagang yang menjajakan dagangannya di Sunmor UGM didominasi oleh pedagang kuliner yang berharap setelah berolahraga orang-orang kemudian langsung membeli makan pagi untuk sarapan. Dalam perkembangannya, saat ini tidak hanya kuliner yang ditawarkan. Namun mulai dari pakaian, mainan, peralatan kebutuhan sehari-hari hingga pernak pernik dan merchandise.
Pengunjung yang datang di lokasi ini sangat bervariasi. Berbeda dengan pasar tradisional, tidak hanya ibu-ibu yang berbelanja tetapi justru banyak pemuda pemudi yang turut meramaikan Sunmor UGM meskipun mereka tidak sedang berolahraga. Entah untuk berkencan, hingga mengajak keluarga rekreasi di sini.
5. Sempat Vakum Selama Pandemi
Pandemi COVID-19 membuat perekonomian sempat lumpuh beberapa waktu, tak terkecuali untuk para pedagang di Sunmor. Pada tanggal 29 Maret 2020, kegiatan Sunmor dihentikan sementara waktu hingga pandemi selesai. Ternyata, butuh 3,5 tahun hingga pandemi selesai dan akhirnya Sunmor dibuka kembali.
Nah, itu dia 5 fakta menarik tentang Sunmor UGM. Bagi kamu warga Jogja ataupun yang sedang tinggal di Jogja, pastinya pernah ke sini minimal satu kali ya! Untuk kamu yang di luar Jogja, pastikan untuk mengunjungi tempat ini saat liburan ke Jogja, ya!